Daun Kering, Tunggu Aku


Sampai fajar ini aku serasa belum klop doks dengan bantal dan guling, tak tahu kenapa tapi ku rasa ini bukan insomnia. Seperti daun hijau yang sudah terlalu lama diatas terkena panas, debu dan kurang air, aku serasa hambar setelah beberapa hari yang lalu dia memohon padaku untuk melupakannya. Sekejap langkahku goyah tak terarah, seperti daun kering yang sadar akan jatuh kepangkuan tanah doks, terombang-ambing ikuti arah angin, aku pun serasa seperti itu doks, sulit tidur karena entah apa yang ada diotakku ini sengaja mematikan ingatanku akan cara untuk tertidur atau apa aku pun juga tak tahu, tapi pikiran ini serasa penuh sesak


Daun kering, tunggu aku ya. Aku ikut kamu deh kebawah, merasakan suhu tanah yang berubah - ubah, atau bahkan terinjak injak oleh manusia. Ah, tak apalah yang penting itu mengingatkanku akan sikapnya yang selalu berubah - ubah dan tak jarang menyakiti. Tapi aku ingat akan sesuatu kata Tere-Liye bahwa "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin" begitupun aku tak pernah membenci jalan yang sudah di takdirkan untukku, doks.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar